Udah baca bukunya dari minggu lalu. Tapi baru disajikan sekarang…
Gpp telat ya..dari pada tidak sama sekali.
Buku dengan cover seorang gadis kecil bertelanjang dada (eh salah) bertelanjang kaki matsudnya sambil tersenyum manis. Awalnya aku berpikir ini anak dari benua Afrika kali ya…eh salah ternyata produk lokal sendiri.
Tanah tabu mengisahkan Mabel seorang wanita yang hidup dengan pemikiran dan kemauan berbeda dengan masyarakat di sekitarnya.
Tatanan kehidupan masyarakat: yang hidup menyewa di tanah airnya sendiri (sedih bangat). Terpuruk dengan perilaku bahwa wanita adalah objek pendirita, Sedih dengan kebiasaan hidup para lelaki yang sangat suka dengan minuman, Bahagia dengan makan ubi-ubian saja, Menikah setelah mendapatkan haid pertama.
Dalam buku ini diceritakan Mabel adalah Nenek dari Leksi yang masa hidupnya penuh dengan cerita perjuangan atas dirinya, keluarganya, sampai ke perjuangan kepada tanah airnya. Menyuruh Leksi dengan keras untuk sekolah, walaupun Leksi belum paham mengapa dia harus sekolah, namun dia mau bersekolah untuk menyenangkan Nenek dan Mamanya.
Kisah hidup mabel juga diceritakan oleh Pengarang dengan meloncat-loncat (tapi tidak mengurangi kebagusan buku ini). Sisi pembicaranya juga melibatkan Kwee dan Pum, dua anjing yang menemani mereka sekeluarga. Sempat terkecoh karena penulis membuatnya dengan bahasa manusia, tapi maknanya dalam bangat sebagai teguran bahwa anjing saja dapat berpikir dengan cara manusia, tapi tidak dengan orang2 yang merusak Papua.
Ending ceritanya masih sangat gantung, Penasaran dengan nasib Mabel yang telah disiksa dan difitnah abis-abisan oleh orang yang tidak mengharapkan kehadirannya. Sedih bangat karena membayangkan seorang nenek tua harus menerima perlakuan seperti itu lagi.
Tapi setelah membaca buku ini, cakrawala saya tentang kehidupan lain di Papua terbuka. Dan menginginkan adanya lanjutan lagi dari buku ini.